MATA bocah itu terlihat sayu. Tubuhnya kurus. Ia mengenakan baju kuning dan celana kain berwarna coklat. Tangan kanannya menopang susunan kayu. Raut wajahnya menyirat kesedihan.
Ia menarik celana bagian kiri hingga pangkal paha. Kaki kanannya terlihat mengecil.
Ya, sosok ini bernama Riski Hernanda, 10 tahun, asal Dusun Pusaka Gampong Bukit panyang, Kabupaten Aceh Timur.
Penyakit ini sudah diderita Riski sejak 6 tahun silam. Kaki Riski awalnya terkilir saat ia sedang bermain di dekat rumahnya. Sayangnya, karena tak mendapat pengobatan medis, kaki kanannya kemudian mengalami pembengkakan dan mengeluarkan nanah.
Kian tahun, kaki kanannya terus mengecil.
Riski merupakan putra dari pasangan Amri bin Abdullah, 32 tahun, dan Mariani, 28 tahun.
Amri sendiri merupakan mantan kombatan GAM yang kemudian bergabung dengan kelompok Din Minimi.
“Waktu itu saya pernah ketemu dengan bupati, namun tidak dipeduli. Saya sedih sekali karena saya tidak tahu membawanya kemana lagi. Kemana saya harus mengadu?“ kata Amri kepada mediaaceh.co ini melalu selularnya, Minggu 17 Januari 2016.
Katanya, himpitan ekonomi membuatnya kesusahan. Hal ini pula yang membuat Riski tak kunjung dapat diobati. Selama ini, Riski hanya dibawa berobat ke dukun.
Amri bin Abdullah, awalnya yang bekerja sebagai tukang deret karet di kampungnya. Ini dilakukan agar bisa menafkahi keluarganya serta menyembuhkan buah hatinya.
Namun nasibnya kian susah. Hal ini pula yang akhirnya membuah Amri alias Siteng ini bergabung dengan menjadi dengan kelompok Din Minimi. Ia mengaku kecewa.
Perjalanan Amri alias Siteng bergabung dengan kelompok Din Minimi tidak bertahan lama. Ia ditangkap oleh aparakat keamanan di kawasan Mbang, Aceh Utara, saat sedang belanja bahan makanan untuk anggota Din Minimi lainnya. Amri akhirnya divonis 5 tahun. Amri berharap bisa memperoleh amnesti dan berkumpul kembali dengan anak istrinya.
Kini ayah dari Risky Hernanda ini hanya bisa pasrah di balik teruji. Sedangkan anaknya harus diamputasi akibat penyakit di deritanya.
“Saat ini saya hanya bisa pasrah. Saya sangat berharap pemerintah membantu pengobatan anak saya,” ujarnya.
Katanya, Riski Hernanda yang saat ini duduk di bangku kelas dua SD itu sulit berintraksi dengan teman-temannya. Riski tak mampu berjalan. []
Laporan Musliadi dari Aceh Timur
Discussion about this post