MANTAN petinggi Gerakan Aceh Merdeka (GAM) Sofyan Dawood mengunjungi kantor redaksi mediaaceh.co, Rabu sore, 13 Januari 2016.
Kunjungan Mantan Juru Bicara GAM Pusat ini disambut oleh pimpinan umum dan seluruh awak redaksi mediaaceh.co.
Saat duduk di meja rapat redaksi mediaaceh.co Sofyan Dawood berbicara lepas dan terlihat tenang, dia berdiskusi panjang membahas berbagai persoalan, mulai dari politik kekinian Aceh, ekonomi, masa depan Aceh hingga kasus Din Mimini.
Banyak anggapan Sofyan Dawood yang akrab sapa Bang Yan ini sudah terlalu liar dari Partai Nasional Aceh (PNA), pendiri partai besukan Irwandi Yusuf ini mengaku masih dalam barisan PNA, bahkan masih setia dengan partai yang sama-sama dibangun bersama sejumlah mantan petinggi kombatan GAM dan aktivis Aceh.
Ada saja penilai publik terhadap Sofyan Dawood, setelah bertemu dengan para tokoh politik Aceh dan nasional, bahwa ada yang mengatakan, pilakda 2017 Sofyan Dawood bakal mendukung Muzakir Manaf sebagai calon gubernur Aceh, ada pula yang bilang Sofyan Dawood masuk tim inti menyukseskan Tarmizi Karim sebagai calon gubernur Aceh.
“Saya dengan Mualem sudah seperti keluarga, adik dan abang,” kata Sofyan Dawood.
Siapa sebenarnya calon gubernur yang didukung oleh Sofyan Dawoood? Berikut petikan wawancara khusus Sofyan Dawood dengan tim redaksi mediaaceh.co, selengkapnya:
Bagaimana pandangan Anda terhadap perkembangan Ekonomi di Aceh Hari Ini?
Persoalan ekonomi di Aceh hari ini jelas hancur, perekonomian saat ini belum berjalan dengan baik bila dibandingkan dengan daerah lain. Anggaran yang paling banyak adalah mengembangkan perkonomian masyarkat, namun itu tidak berjalan, bahkan lebih bagus di Papua ketimbang Aceh.
Mungkin kinerja pemerintah agak lemah, ini yang tidak diperbaiki, seharusnya pemerintah harus menjadi perhatian terhadap kepentingan ekonomi masyarakat dan kepentingan daerah.
Bagaimana kalau dari sisi politik Aceh saat ini?
Mengenai politik di Aceh saat ini tidak ada arah, hubungan politik tingkat nasional pun tidak berjalan, apalagi politik lokal sangat hancur, jadi terhambatlah semua produk pemerintahan. Menurut saya, karena politik seperti ini imbasnya ke perekonomian masyarakat.
Anda pernah duduk dengan Mualem di salah satu warung makan, apa tindak lanjut dari pertemuan itu?
Kami hanya bersilaturahmi dan berbicara diluar konteks politik, malah membicarakan hal-hal seperti jangan ribut saat pilkada nanti. Harus saling hubungan baik, tidak masalah satu sama lain, begitu juga masalah di lapangan, jika kemudian ada masalah mari kita selesaikan dengan baik. Hanya pembicaraan seputar itu. Pertemuan itu lebih kepada silaturrahmi.
Apa ada rekonsiliasi antara Anda dengan Irwandi Yusuf, Mualem atau kelompok lama?
Tidak ada, karena dilapangan sifatnya otomatis apa adanya, jadi apa yang terjadi dilapangan itu tidak bisa kita salahkan, kejadian yang terjadi selama ini dilapangan itu adalah permasalahan dari provinsi yang selalu mengabaikan bila ada masalah.
Sebenarnya kalau kita liat semua kejadian hari ini hanya menunggu dan sabar, permasalahan tetap ada sebenarnya, itulah yang coba kita hindari, semua kendala itu ada di pemerintahan sendiri.
Setelah Anda duduk bersama Mualem banyak respon positif dari masyarakat, mereka berharap GAM bersatu lagi apakah mungkin?
Seharusnya masyarakat jangan memandang ke arah itu, jangan pandang figur dengan kebanggaan, harus memandang kemampuan, jangan seolah-olah ketika saya duduk bertemu dengan semua orang Aceh bicara politik. Ini cara berpikir yang salah, harus dipisahkan antara politik dan hubungan pribadi.
Saya dan Mualem itu sudah seperti keluarga, adik dan abang, tidak ada masalah saya dengan Mualem, tapi berbeda pandangan politik itu biasa, saya belum tentu bisa sama padangan dengan Mualem.
Adakah keinginan untuk bersatu?
Bersatu tetap ada, namun pertanyaannya bersatu yang bagaimana mana, berbeda pandangan politik itu kan tidak akan hancur dan tidak masalah. Pemahaman politik tidak masalah tetapi pemahaman di luar politik itu yang menjadi sensitif.
Munculnya sejumlah nama calon gubernur Aceh dari mantan kombatan, Bagaimanan menurut penilain Anda?
Itu ya wajar-wajar saja, beberapa tokoh baik itu dari ekskombatan maupun tokoh yang lain. Saya pernah bertemu dan bertanya sama salah seorang tokoh. Abang calon kandidat?, di hanya menjawab, tidak ada uang, nah para tokoh kita ini tidak memikirkan kemampuan, ini maslahnya.
Siapa saja yang ingin mencalonkan diri menjadi gubernur Aceh tidak masalah, akan tetapi dengan melihat kondisi hari ini setelah 10 tahun perdamaian Aceh berhasil atau tidak. Apa yang harus dilukukan untuk Aceh, ini yang sangat penting.
Jadi jangan segan-segan untuk mengatakan, bahwa tidak mampu kepada melakukan untuk kepentingan masyarakat banyak, supaya masyarakat tahu.
Akibat tidak memiliki kemampuan untuk mengelola pemerintahan, kemudian berimbas kepada daerah, semua sektor tidak berjalan. Maka bebas siapa yang mau mencalonkan, sekarang kita serahkan kepada masyarakat, kalau masyarakat tidak sepakat dan tidak mau dengan calon yang ini misalnya, ya kita cari calon kandidat lain.
Bebas berdemokrasi, kita harus membuat Pilkada itu tidak ada intimidasi, berikan hak sebebasnya masyarakat untuk memilih siapa, pilihan itu tergantung pada masyarakat, bukan tergantung pada kandidat. Kandidat bisa saja mengatakan bahwa dirinya yang paling benar, akan tetapi kembali lagi kepada masyarakat, memilih atau tidak.
Menurut Anda siapa yang cocok menjadi gubernur pada Pilkada 2017 nanti?
Saya tidak membicarakan yang siapa yang cocok, yang intinya kemampuan untuk mengelola pemerintahan yang baik, dengan kondisi seperti ini harus betul-betul orang yang memiliki kepemimpinannya yang bagus atau spesialisnya memang benar ahli dibidang pemerintahan serta didukung oleh pengalaman yang bagus.
Walaupun Aceh mempunyai dana otsus sebanyak Rp 2 triliun lebih, kalau pemerintahannya tidak bisa mengelola dengan baik, maka sama saja, tidak ada artinya Aceh ini memiliki banyak dana bila tidak tersentuh kepada masyarakat bawah.
Membangun sektor ekonomi masyarakat, ini yang paling penting.
Aceh hari ini krisis kepemimpinan, mari kita mengajak orang kampus yang gelar profesor, doktor dan insinyur untuk sama-sama memberikan ide dan pemikiran untuk membangun Aceh yang lebih baik dan tentram dimasa yang akan datang.
Kalau kita tidak pernah mengajak mereka untuk membangun Aceh ini sia-sia saja ilmu yang mereka miliki, berbicara masalah pemerintahan ini tidak ada hubungannya dengan figur, tidak ada hubungan dengan hebat, akan tetapi kemampuan dan keahlian. Mari sama-sama kita mencari orang yang wajar dan sanggup menjabat posisi gubernur selama lima tahun saja.
Bila Pilkada 2017 nanti, kita salah memilih lagi, maka hancur dan habis, Aceh kembali lagi ke nol, semakin banyak masalah yang bakal kita hadapi ke depan.
Jika Mualem terpilih pada Pilkada 2017 dan mengajak Anda ke dalam barisan untuk membantu Pemerintahan?
Kita ada mekanisme dan jalannya bisa atau tidak, kita akan melihat kondisi, karena ini persoalan Aceh, saya punya pemikiran berbeda dengan teman-teman yang lain, kalau untuk provinsi ini harus ada perjanjian bersama, saya berfikir secara nasional, bukan lokal, ini demi kemajuan Aceh yang lebih bagus lagi.
Beberepa hari yang lalu Anda sudah bertemu dengan Din Minimi, apa inti pembicaraannya?
Sebenarnya masalah Din Minimi ini dari awal saya telah meminta untuk menyerahkan diri, bahkan sehari sebelum Din Minimi turun gunung, kami selalu berkomunikasi melalui via telpon, memberikan pendapat dan solusi terhadap Din Minimi.
Saya memberikan pandangan luas kepadannya. Sehingga akhirnya Din Minimi bersama anggotanya turun gunung.
Kebijakan yang diambil oleh Sutiyoso kepala BIN menurut saya, itu adalah salah satu jalan keluar yang sangat baik dan tepat, kelompok Din Minimi ini jangan sampai membesar dan luas. Langkah kepala BIN ini sangat sangat tepat.
Kalau Aceh ini masih bisa kita ajak berdiskusi, maka masih bagus dan tidak perlu dengan kekerasan.
Banyak pihak yang tidak setuju pemberian amnesti kepada Din Minimi, bagaimana menurut Anda?
Saya kira pantas atau tidaknya ini adalah Undang-undang, bukan Al-qur’an dan Hadist yang tidak bisa kita ubah.
Kalau ini memang untuk kebaikan kenapa tidak, saya kira kasus Din Minimi telah selesai karena dengan suka rela dan senang hati Din Minimi turun gunung, soal pemberian amnesti kita serahkan saja kepada Presiden Jokowi.
Ketika ada pihak lain yang berkomentar, sebenarnya itu untuk apa? Belum tentu orang lain bisa berhasil apa yang sudah dilakukan bisa dilakukan oleh kepala BIN. Din Minimi menyerah ada komitmen dengan pemerintah.
Ada yang menyatakan bahwa Din Minimi Ini adalah binaan BIN?
Menurut saya itu tidak benar, BIN ini TNI tiang negara begitu juga dengan polisi, tidak mungkin negara membuat kelompok bersenjata.
Din Minimi tidak melawan Pemerintahan Republik Indonesia, dia melawan pemerintahan Aceh, ini sebagai bentuk kritikan terhadap Pemerintah Aceh. Hanya saja jalannya yang salah karena menggunakan senjata.
Pemberian Amnesti ini menurut saya adalah langkah yang tepat yang di ambil oleh pemerintahan pusat, jangan sampai ada lagi kekerasan bersenjata lagi di Aceh, saya pikir pusat lebih pintar dan tepat.
Sisi baik menyerahnya Din Minimi dan anggotanya, tidak ada lagi konflik bersenjata yang menjadi ketakutan masyarakat, kalau memang masih ada kekerasan di Aceh maka terhambat pembangunan.
Din Minimi menyerah Sebenarnya banyak lagi keuntungan terhadap daerah, ini niat baik Pemerintah Pusat mau menyelesaikan kasus Din Minimi.
Bila Jakarta berniat tidak baik terhadap Aceh, maka mereka pasti membiarkan Din Minimi berkeliaran dan tumbuh lebih besar lagi.
Sebenarnya ini adalah kesilapan pemerintah Aceh atau geburnur tidak mau mengambil alih, seharusnya ada langkah yang harus dilakukan oleh Pemerintah Aceh untuk menyelesaikan Din Minimi.
Saya tidak mau orang Aceh ini jatuh korban, akan tetapi pemerintah seperti ini melakukannya, jangankan Din Minimi, Din Din lain juga akan muncul lebih banyak lagi ke depannya.
Awalnya Din Minimi ini juga pendukung Partai Aceh (PA) dan tim sukses ZIKIR pada Pilkada 2012 yang lalu, jadi kenapa dia memberontak karena ada yang tidak benar dan ada masalah dengan Pemerintah Aceh serta ada seuatu yang diharapkan tidak tercapai.
Pembicaraan yang berkembang di Masyarakat, MOU Helsingki ini lebih hancur dari perjanjian Ikrar Lamteh, bagaimana tanggapan Anda?
Sebenarnya lemah menjalankan butir-butir MoU, karena tidak mau bersama-sama mengimplementasi butir-butir kesepakatan MoU, semuanya ada mengedepankan kepentingan pribadi.
MOU selesai, sehingga lahir UUPA.Semua tokoh harusk bersatu, jangan dimasalahkan Lamteh dengan MOU. Yang membedakan, Lamteh tidak melahirkan Undang-undang atau Qanun, sedang MoU melahirkan keduanya, tapi tidak berjalan dengan baik.
Hari ini tidak ada salah siapa-siapa hanya salah diri kita sendiri, maka saya katakana lagi, ini memang harus ada orang yang punya pemikirian yang bagus dan mampu dibidangnya, sehingga Aceh ini bisa lebih baik.
Solusi untuk Implementasi MoU ke depan Menurut Anda bagaimana ?
Kalau bukan untuk kesejatraan masyarakat Aceh, itu yang sangat penting. Yang pertama jangan membicarakan dan komentar hal-hal yang aneh, coba kita bicata bagaimana meningkatkan ekonomi masyarakat Aceh ini yang bagus dan berjalan, karena masyarakat mau makan bukan mau bendera.
Uang ada tidak beredar di tengah masyarakat, kita bisa mengumpamakan, sehari butuh biaya hidup Rp100 ribu, namun pendapatan tidak sampai Rp 50 ribu/hari. Belum lagi orang yang tinggal di pedalaman Aceh, sampai tengah malam mereka belum makan nasi.
Jadi implementasi apa yang harus kita katakana bila seperti ini kondisinya, MOU ini untuk skelompok atau rakyat?. Jika untuk rakyat maka jalankan dulu untuk kepentingan masyarakat Aceh.
Seandainya Jika Anda digandingkan dengan Mualem bagaimana?
Prinsip saya, tidak mau diajak oleh orang lain, tetapi saya yang mengajak orang lain. Inilah karater saya.
Jika saya mau mencalonkan diri, kenapa memang tidak bisa, bahkan Aceh ini lebih bagus kalau saya mau mencalonkan diri sebagai calon gubernur Aceh .
Jika Anda mencalonkan diri sebagai calon gubernur, bagaimana kriteria calon wakil yang Anda ?
Saya sudah bilang, Aceh ini harus dipimpin oleh orang yang mempunyai kemampuan, jika tidak mempunyai kemampuan pada bidangnya, ya hancur.
Masih ada orang lain yang punya kemampuan yang bagus dari saya. Meski tidak maju, tapi saya tetap berperan, karena masih mempunyai utang moral dan tanggungjawab kepada masyarakat Aceh. Perjuangan saya dulu untuk kesejahteraan masyarakat Aceh, akibat dari konflik banyak anak yatim piatu dan janda, saya harus bertanggungjawab dengan kondisi mereka saat ini.
Terkait isu Anda calon Bupati Aceh Utara pada Pilkada apa komentarnya?
Diisukan saja ya tidak apa-apa, tapi saya bukan kandidat. Namun kali ini saya akan tetap fokus ke kandidat saya di kabupaten dan kota. Pilakada kali ini saya juga fokus bekerja untuk kabupaten dan kota.
Selama dua periode ini saya belum pernah bekerja untuk kabupaten, tetapi kali ini di beberapa kabupaten saya akan fokus untuk mencari figur baik bupati maupun walikota.[]
Discussion about this post