JENDERAL yang benar-benar merakyat. Begitulah setiap orang sering menyebut sosok Pangdam IM, Mayjen TNI Agus Kriswanto. Peran orang nomor satu di Kodam Iskandar Muda ini memang sudah akrab di hati masyarakat Aceh. Pasalnya, lulusan Akabri tahun 1984 ini sudah menyelusuri ke seluruh pelosok pedalaman Aceh.
Sosok yang dikenal humoris namun tegas ini bahkan sering kali menyempatkan diri bercengkerama bersama masyarakat. Kadang-kadang ia juga sempat melakukan sidak dadakan dengan memantau anak buahnya dengan menyamar sebagai abang penarik becak saat meyidak asrama TNI di Lampriet pada Minggu, 16 Agustus 2015, atau tepatnya sehari sebelum perayaan HUT RI ke-70.
Mengenakan kaos coklat, celana jeans dan kacamata hitam, orang nomor satu di Kodam IM terus menyelusuri lorong ke lorong untuk mengecek kondisi kompleks yang dihuni keluarga TNI tersebut. Uniknya, selama menyusuri kompleks PHB, pemilik becak justru jadi penumpangnya.
Selain itu, Pangdam IM ini juga mampu beradaptasi dengan berbagai elemen masyarakat. Di kalangan petani, pria kelahiran Pekalongan, Jawa Tengah, 10 Juli 1960 ini dikenal sebagai tokoh penggiat program peningkatan swasembada pangan.
“Secara topografis, tanah Aceh yang subur makmur ini mampu menghasilkan beranekaragam sumber daya alam, khususnya hasil alam yang menjadi komoditas andalan masyarakat,” ujarnya saat mengadakan kunjungan saweu gampong pembangunan irigasi di Desa Piyeung Mane, Kecamatan Montasik, Aceh Besar, Selasa, 20 Januari 2015 lalu.
Meski memangku jabatan sebagai Panglima tertinggi di jajaran Kodam IM, ia masih tetap menunjukkan sikapnya sebagai seorang insan yang rendah hati.
Hal ini terlihat usai menghadiri upacara peringatan HUT RI ke-70 di Lapangan Blang Padang Banda Aceh, 17 Agustus 2015 lalu. Tiba-tiba sorot matanya menatap tajam dan langsung bergerak menuju arah trotoar pembatas jalan yang berjarak sekitar 50 meter dari panggung utama.
Kali ini ia bukan ingin melakukan sidak dadakan terhadap anak buahnya di lapangan, tapi justru ingin menyapa seorang nenek yang duduk bersama cucunya di pembatas jalan tersebut.
Awalnya, nenek yang kemudian diketahui bernama Siti Adnen ini tidak menyangka kalau Jenderal bintang dua ini ingin menyapanya langsung memberikan kejutan kepada sang nenek.
Di sela-sela pertemuan itu, Pangdam IM terlibat perbincangan serius dengan sang nenek. Sekali-kali, ia terlihat menganguk-anguk mendengar keluhan sang nenek kepadanya. Sesaat kemudian, Pangdam IM berbisik kepada ajudannya untuk mengambil sebuah amplop yang kemudian diketahui berisi uang tunai sebesar Rp 5 Juta untuk diserahkan kepada nenek tersebut.
Menurutnya, Pangdam IM, Mayjen TNI Agus Kriswanto merasa kagum dan bangga atas keinginan sang nenek ini terus hadir di upacara bendera setiap tahunnya meski usianya yang sudah senja tidak pernah absen menghadiri upacara HUT RI ke-70.
“Saya benar-benar sangat menghormati nenek yang sudah berusia 80 tahun ini, dia sudah tua tapi masih ingin menghadiri upacara,” ucap Pangdam IM.
Sementara di kalangan pemuda, jenderal bintang dua ini juga dikenal sebagai tipikal humoris dan bersahaja. Sifat humoris dan merakyat inilah membuatnya mudah bergaul dengan siapa saja dan dimana saja membuatnya mudah diterima di banyak lingkungan dan kalangan.
Hal ini terbukti pada saat menghadiri Program Pelatihan Keterampilan Hidup (Life Skill) di gedung KNPI Aceh, Banda Aceh, Senin malam, 17 Agustus 2015.
“Saya sangat bangga dan turut mengapresiasi kinerja pemuda Aceh, dalam hal ini dipelopori KNPI Aceh dalam meningkatkan ajang kreativitas pemuda. Karena acara ini dominan anak muda, maka wajar saya mengenakan setelah gaya anak muda biar jiwa dan semangat saya harus muda lagi walaupun saya ini kan sudah jadi orang tua,” ujarnya yang iringi geladak tawa hadirin.
Pada kesempatan itu, ia juga turut mengajak seluruh pemuda Aceh untuk turut serta dalam mengatakan pentingnya situasi damai di Aceh. Menurutnya, maju atau mundurnya suatu negara beserta peradabannya itu tidak lepas dari peran pemuda sebagai tongkat pemagang estafet masa depan.
“Ini semuanya tergantung dari peran pemuda, apalagi tokoh-tokoh ini sebagai calon pimpinan Aceh masa depan. Pada kesempatan ini, saya juga turut memberikan support kepada KNPI dan insya Allah saya akan memberikan bantuan hibah 10 mesin jahit bagi ibu-ibu yang ikut kursus Life Skill ini,” tambahnya yang disambut tepuk tangan hadirin.
Ia menjelaskan, menjadi pemimpin itu hatinya harus damai dan jangan merasa pintar, tapi harus pintar merasa. Menurutnya, sebagai manusia kita juga tidak pernah luput dari banyak dosa dan kesalahan.
“Nah, dari situlah kita harus belajar untuk benar-benar untuk menjadi seorang pemimpin yang benar-benar harus pintar merasa ketika rakyatnya sedang dilanda kesusahan, bukan merasa pintar. Yang perlu diingat, tugas dan amanah yang diemban seorang pemimpin itu berat. Selaku panglima, saya selalu mendengar segala keluhan masyarakat Aceh melalui Babinsa yang tersebar di seluruh pelosok daerah. Alhamdulillah, saat ini saya sudah mengunjungi seluruh pelosok kampung di Aceh untuk memantau anak buah saya disana. Jikapun ada anak buah saya yang nakal silahkan laporkan kepada saya,” katanya lagi.
Begitulah sekilas tentang kiprahnya sebagai panglima tentara di Aceh. Raut wajahnya memang tipikal keras dan tegas namun benar-benar mengayomi. Baginya, ia lebih menonjolkan itikad baik sebagai pemimpin yang cinta damai di bumi Serambi Mekkah.[]
Discussion about this post