SIAPA sih yang tidak pingin lanjutin studinya ke luar negeri? Selain untuk memiliki pengalaman di negeri orang, pastinya juga ingin mencari peluang untuk bekerja di negara tersebut.
Tapi masalahnya, kuliah di luar negeri membutuhkan biaya yang tidak sedikit, melainkan harus disokong dengan beasiswa untuk menggapai mimpi tersebut.
Sekolah ke luar negeri tanpa beasiswa ternyata memang bukan hanya angan-angan belaka. Sebab kuliah di luar negeri memang idaman banyak orang dengan sejuta motivasi, mulai dari memperdalam ilmu pengetahuan dan sekaligus merasakan hidup di negeri orang. Bahkan mampu mewujudkan impiannya hingga bisa berkompetisi di tingkat internasional.
Hal inilah yang dialami Intan Farhana. Anak semata wayang buah cinta Hasan Basri dan Qunuti Abdullah ini menceritakan berbagai pengalaman menarik saat pertama kali tiba di kota Turku, sebuah kota tertua yang terletak di ibu kota Finlandia Barat.
Gadis kelahiran Banda Aceh, 22 Mei 1994 ini terpilih menjadi salah satu mahasiswa berprestasi yang menerima beasiswa Erasmus Mundus ke Turku University, Finlandia.
Erasmus Mundus yang sekarang ini juga disebut Erasmus, merupakan sebuah program beasiswa dari Uni Eropa untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi Eropa dan untuk memperkuat pemahaman mengenai lintas budaya.
Program ini dirancang untuk mendorong dan mendukung masyarakat melalui kerjasama antara institusi Eropa dan non Eropa.
“Intan tiba pada 1 Januari 2016 setelah menempuh 40 jam perjalanan dari Banda Aceh ke kota Turku. Suasananya masih dingin banget karena suhunya seperti suhu AC 16 atau 17 DC gitu,” kata Intan kepada Mediaaceh, Minggu, 10 Januari 2015.
Intan menceritakan, kali ini cuaca dingin di kota Turku ini benar-benar tidak bersahabat akibat perubahan iklim (global warming).
Menurutnya, ketika sampai waktu boarding menuju ke Turku, karena pesawatnya kecil, ia harus berjalan sedikit menuju bus yang akan mengantarkannya ke jarak yang lebih dekat dengan pesawat.
“Saat itu cuaca di luar ruangan sudah -5 degrees. Saat keluar dari ruangan bandara, hembusan angina yang suhunya minus 5 itu seakan menonjok muka saya dengan dinginnya puluhan es balok. Tidak pernah saya sangka dinginnya bisa se-dingin itu. Hidung saya serasa ditusuk. Dan terburu-buru saya berlari menuju bus,” kata Intan lagi.
Intan yang kini masih menimba ilmunya di Fakultas Ekonomi Unsyiah Jurusan Akuntansi Internasional ini mengaku hanya menjalani kuliah singkat (shortcourse) selama satu semester di kota Turku.
“Fokus di sini selain kuliah, juga di waktu yang sama bisa saling sharing pengalaman budaya dari masing-masing negara. Tapi untuk sekarang ini masih orientasi kampus, semua kegiatan orientasi di sini akan diperkenalkan melalui sistem online,” kata Intan.
Intan memaparkan, meski sebagai mahasiswa baru, ia beserta rekan-rekan lainnya yang berasal dari berbagai lintas negara tidak pernah merasa hambatan apapun untuk berkomunikasi dengan dosen maupun rekan seniornya.
Pasalnya, kata Intan lagi, program orientasi kampus yang diperkenalkan justru ingin membuka ruang komunikasi antara mahasiswa baru dengan senior beserta dosennya.
“Jadi program orientasi kampus yang dikemas dalam sistem online ini bisa mempermudah kita mengakses segala hal. Di situ juga kita dapat langsung akses ke berbagai aplikasi internal kampus, mulai dari schedule, modul dari Professor, dan kita juga dikasih email khusus untuk berkomunikasi langsung dengannya,” kata Intan.
Discussion about this post