MEDIAACEH.CO, Banda Aceh – Wakil Ketua DPR Aceh, Teuku Irwan Djohan, mengeluarkan curhatan isi hatinya terkait keinginan untuk membangun Kota Banda Aceh dan perjalanannya di dunia politik melalui status facebook miliknya.
Dalam status akun facebook pribadinya, Teuku Irwan Djohan, mengatakan , keinginannya untuk membangun Kota Banda Aceh sudah muncul sejak tahun 1992, saat dirinya masih kuliah di Surabaya.
Pada Pilkada Walikota Banda Aceh tahun 2012, Irwan Djohan bersama Teuku Alamsyah maju melalui jalur independen (non-parpol). Sayangnya, karena beberapa hal yang menjadi kelemahan mereka dan hanya meraih dukungan dari 15 persen pemilih.
Berikut curhatan Teuku Irwan Djohan terkait keinginan untuk membangun Kota Banda Aceh dan perjalanannya di dunia politik melalui status facebook miliknya.
YTH. Para sahabat Facebook semuanya…
Mohon izin saya berkisah tentang cita-cita saya untuk Kota Banda Aceh, dan perjalanan saya di dunia politik.
Mohon maaf jika kisah ini lumayan panjang dan menyita waktu Anda.
Sahabat Facebook yang saya hormati…
Keinginan di hati saya untuk membangun Kota Banda Aceh sudah muncul sejak tahun 1992, saat saya masih kuliah di Surabaya… Ketika itu saya dan beberapa teman yang kuliah di Banda Aceh mendirikan sebuah komunitas bernama HP2K (Himpunan Pemuda Pecinta Kota)… Saya sudah lupa siapa Walikota Banda Aceh di tahun 1992 itu, mungkin Pak Baharuddin Yahya atau Pak Sayed Husin Al-Haj.
Kegiatan HP2K waktu itu adalah di masa liburan kuliah, saya pulang ke Banda Aceh dan bersama teman-teman turun ke jalan-jalan dan sungai-sungai di Banda Aceh untuk membersihkannya secara sukarela… Pemerintah Kota hanya membantu meminjamkan beberapa peralatan kerja seperti sapu, pangki, cangkul, dll.
Waktu pun berlalu… Saya tamat kuliah dari jurusan Teknik Arsitektur ITS – Surabaya, pada bulan April tahun 1996… Saya pulang ke Banda Aceh dan mencoba berwirausaha… Lalu pada tahun 1998 saya pindah ke Jakarta.
Keinginan kuat untuk membenahi Kota Banda Aceh muncul di akhir tahun 2001, pasca tragedi tanggal 10 Mei 2001 yang merenggut nyawa ayah saya… Ketika itu, di bulan November 2001 saya dan adik-adik menemani Ibunda ke luar negeri beberapa saat untuk sekadar meringankan luka akibat tragedi tersebut.
Di negeri orang, saya terkesima melihat betapa rapi, betapa teratur dan betapa indahnya kota-kota tersebut… Dan ketika itu muncul keinginan saya untuk membenahi Kota Banda Aceh agar bisa serapi dan seindah kota-kota di negeri yang saya kunjungi.
Waktu pun berlalu… Saya kembali ke Jakarta dan berwirausaha di sana.
Baru kemudian di tahun 2004 (sebelum musibah tsunami), saat saya masih menetap di Jakarta, saya membulatkan tekad untuk pulang ke kampung halaman guna mencalonkan diri dalam Pilkada Walikota Banda Aceh, yang direncanakan akan berlangsung pada tahun 2005, pasca kekosongan jabatan walikota yang ditinggal oleh Pak Zulkarnain… Pelaksana Tugas (PLT) Walikota Banda Aceh saat itu adalah Pak Syarifuddin Latif.
Pada bulan November 2004 saya pulang ke Banda Aceh… Saat itu hampir setiap hari saya berkeliling kota dengan video-camera untuk merekam suasana kota dan kehidupan warga Kota Banda Aceh… Sampai pada suatu hari tanpa disengaja saya bertemu dengan abang sepupu saya Teuku Alaidinsyah di Jl. Panglima Polem… Kepada Bang Teuku Alaidinsyah saya sampaikan niat saya untuk ikut Pilkada Walikota… Saat itu umur saya baru 33 tahun.
Tanpa saya duga, jawaban Bang Teuku Alaidinsyah saat itu, bahwa beliau juga akan ikut mencalonkan diri sebagai Calon Walikota… Beliau meminta saya untuk bersabar dan memberikan dukungan kepadanya… Karena beliau adalah abang sepupu saya, sekaligus juga senior saya di Teknik Arsitektur ITS – Surabaya, maka saya pun mengurungkan niat untuk ikut Pilkada Walikota.
YTH. Sahabat Facebook…
Ternyata… Di tanggal 26 Desember 2004 terjadi musibah tsunami… PLT Walikota Bpk. Syarifuddin Latif meninggal dunia di Lapangan Blang Padang… Sedangkan mantan Walikota Bpk. Zulkarnain meninggal di LP Keudah.
Karena bencana tsunami yang dahsyat itu, seluruh Pilkada di Aceh diundur ke tahun 2006, termasuk Pilkada Gubernur Aceh… Dan untuk menggantikan Bpk. Syarifuddin Latif, ditunjuklah Bpk. Mawardy Nurdin (almarhum) sebagai PLT. Walikota Banda Aceh.
Kemudian Bpk. Mawardy Nurdin memutuskan untuk ikut mencalonkan diri dalam Pilkada Walikota 2006 berpasangan dengan Ibu Illiza Sa’aduddin Djamal… Maka ditunjuklah Bpk. Razali Yusuf sebagai PLT Walikota Banda Aceh.
Pada Pilkada serentak di tahun 2006, pasangan Mawardy Nurdin – Illiza berhasil menjadi pemenang, sedangkan Bang Teuku Alaidinsyah berada di urutan ke-4 perolehan suara… Di urutan kedua adalah Ustadz Raihan Iskandar, dan di urutan ketiga Bpk. Sulaiman Abda.
Pasangan Mawardy Nurdin – Illiza dilantik pada tahun 2007 sebagai pemimpin Kota Banda Aceh untuk masa bakti lima tahun (sampai tahun 2012).
YTH. Sahabat Facebook…
Baru pada Pilkada Walikota Banda Aceh selanjutnya, yaitu di tahun 2012, saya akhirnya benar-benar mencalonkan diri sebagai kandidat walikota… Saat itu saya berpasangan dengan Bpk. Teuku Alamsyah maju melalui jalur independen (non-parpol)… Sayangnya karena beberapa hal yang menjadi kelemahan kami, saya dan Pak Teuku Alamsyah hanya meraih dukungan dari 15% pemilih, dan hanya berada di urutan ketiga perolehan suara… Pasangan incumbent (Mawardy Nurdin – Illiza) kembali meraih suara terbanyak… Di posisi kedua adalah pasangan Bpk. Aminullah Usman – Tgk. Muhibban H.M. Hajat.
Meski belum berhasil… Perolehan tersebut sudah cukup membahagiakan dan memuaskan saya… Sebagai wajah baru di dunia politik dan sudah lama tidak menetap di Banda Aceh, apalagi maju melalui jalur independen, saya beranggapan hasil tersebut sudah cukup baik sebagai langkah awal saya terjun ke dunia politik… Saya tetap bersyukur dan berterimakasih kepada Allah SWT dan kepada para pendukung saya yang sudah bekerja keras dengan ikhlas tanpa pamrih, karena kami memang tidak didukung oleh anggaran yang memadai.
Setelah Pilkada 2012… Saya menerima beberapa tawaran dari Partai Politik untuk bergabung, baik Partai Nasional (Parnas) maupun Partai Lokal (Parlok)… Setelah menimbang-nimbang sekian lama, akhirnya saya bergabung di Partai NasDem Banda Aceh, dan alhamdulillah diberi kepercayaan sebagai ketua.
Pada tahun 2014, saat berlangsungnya Pemilu Legislatif (Pileg), tanpa direncanakan, saya akhirnya ikut mencalonkan diri pada menit-menit terakhir lewat Kuota 120% sebagai Caleg DPRA Daerah Pemilihan (Dapil) 1, sehingga mendapatkan nomor urut terakhir, yaitu nomor 13…. Alhamdulillah saya memperoleh dukungan masyarakat, dan meraih suara di Banda Aceh sekitar 5.000, di Aceh Besar sekitar 2.000, dan di Sabang sekitar 200-an… Maka lewat hasil tersebut, saya kini berada di DPRA.
Nah… Para sahabat Facebook semuanya…
Untuk Pilkada Walikota Banda Aceh 2017 yang segera menjelang, jujur sampai saat ini saya belum membuat keputusan untuk kembali maju atau tidak sebagai Calon Walikota Banda Aceh… Apalagi saat ini saya sudah menjadi kader dari Partai NasDem, maka tentunya saya harus mengikuti mekanisme yang berlaku, tidak bisa menentukan sendiri seperti saat saya maju melalui jalur independen di tahun 2012 lalu.
Saat ini, di usia saya yang sudah menjelang 45 tahun… Saya membutuhkan waktu untuk berpikir, menimbang, dan memohon petunjuk-Nya… Apakah langkah saya selanjutnya yang terbaik bagi saya dan bagi masyarakat? … Apakah saya akan tetap di DPRA sebagai legislator, atau kembali kepada niat semula yang sempat muncul di tahun 2001 untuk membenahi Kota Banda Aceh sebagai eksekutor (eksekutif)?
Insya Allah akan ada petunjuk dari-Nya kepada saya dalam waktu satu atau dua bulan ini… Sehingga saya akan siap lahir dan batin untuk bisa menjalankan petunjuk tersebut… Aaamiiin.
Salam…
Discussion about this post