Beragam pesawat ringan telah dilengkapi dengan parasut. Mengapa tak melakukan hal ini pada pesawat komersial?
BEBERAPA perusahaan pembuat pesawat ringan melengkapi pesawatnya dengan parasut sebagai alat keselamatan.
Salah satu pabrikan yang membuat parasut untuk pesawat adalah Ballistic Recovery System (BRS) yang ada di Miami, Florida. Perusahan ini didirikan oleh Boris Popov.
Pada 1975, glider yang dikendarainya berada di luar kendali, membuatnya jatuh ke Danau Minnesota dari ketinggian sekitar 120 meter. Mendarat dengan selamat, ia terinspirasi untuk membuat penerbangan menjadi lebih aman.
Ia pun membuat parasut yang disetujui oleh Federal Aviation Administration pada 1993 untuk pesawat Cessna 150. Hingga 2011, lebih dari 30.00 parasut BRS telah digunakan dalam berbagai macam jenis pesawat kecil dan saat itu telah menyelamatkan 257 nyawa.
BRS masih memeroduksi parasut untuk pesawat berpenumpang lima orang. Namun pada 2015 Popov berencana untuk membuat parasut bermuatan 20 orang. Ia yakin bahwa suatu saat parasut bisa dipasang pada pesawat komersial besar.
Guy Gratton, peneliti penerbangan di Brunel University, Inggris, mengatakan bahwa dari sisi teknologi, amatlah memungkinkan untuk melengkapi pesawat dengan parasut.
Namun, hal yang perlu dipertimbangkan adalah, bagaimana nilainya dibandingkan dengan beban penumpang yang harus dikurangi untuk digantikan oleh bobot parasut ini?
Menurutnya, fitur keamanan dalam pesawat sudah diseleksi berdsarkan, “jumlah uang yang dikeluarkan penumpang, juga bobotnya.” Lagipula para ahli berpendapat, bahwa jarang sekali terjadi kerusakan mesin di udara, dan jika mesin mati, pilot masih bisa mendaratkan pesawat tersebut. Selain itu, belum tentu pula masih tersedia waktu untuk mengembangkan parasut.
Berapa Jumlah Parasut Seukuran Lapangan Bola yang Dibutuhkan Untuk Menyelamatkan Pesawat yang Jatuh?
Pada Agustus 2010, Dino Moline menerbangkan RANS S-9, sebuah pesawat aerobatik di Argentina. Tiba-tiba sayap pesawatnya patah saat melakukan demo di udara. Moline tak bisa keluar karena pesawat tersebut berputar tak terkendali. Ia pun menarik tuas parasut yang membuat pesawatnya melayang turun ke bumi. Ia pun keluar dari pesawat dan berjalan tanpa cedera apapun.
Pada 1948, pilot dan penerjun Bob Fronius dua kali mengembangkan parasut dari pesawat JR-V Robin di dekat San Diego, dan beberapa kali lagi beberapa tahun berikutnya dari pesawat J-3 Piper Cub. “Ia akan memanjat, mematikan mesin, mengembangkan parasut, bermain-main dengan pesawatnya, kemudian melepaskan parasut dan meluncur turun sambil menyalakan mesinnya,” ujar Doug, anak dari Fronius.
Boris Popov, pendiri perusahaan yang membuat parasut untuk pesawat, Ballistic Recovery System (BRS) yang ada di Miami, Florida, mengatakan bahwa untuk menyelamatkan Boeing 747 yang jatuh bersama 500 orang di dalamnya, dibutuhkan 21 parasut yang masing-masing memiliki luas setara lapangan bola, papar Popov.
Perhitungannya, butuh luasan 0,1 meter persegi untuk membawa bobot setengah kilogram turun dengan selamat hingga ke tanah. Jadi salah satu jalan keluar yang harus ditempuh untuk mengurangi luasan parasut adalah membuang bagian yang berat saat pesawat mengalami keadaan darurat, seperti mesin dan sayap, hingga parasut hanya akan menyelamatkan para penumpang di kabin.
Guy Gratton, peneliti penerbangan di Brunel University, Inggris, setuju dengan metode tersebut, dengan syarat mesin dan sayap tersebut tidak boleh jatuh ke atas perkotaan atau permukiman.
Sumber: National Geographic
Discussion about this post