SIAPA tak kenal dengan Haji Uma? Sosok bernama asli Sudirman ini merupakan anggota Komite III DPD RI asal Aceh. Pria ini sebelumnya tenar melalui film komedi Aceh, Eumpang Breuh.
Ditemui mediaaceh.co di salah satu warung kopi dalam Kota Banda Aceh, Sabtu pagi 26 Desember 2015, Haji Uma berbicara banyak terkait persoalan Aceh saat ini, seperti pendidikan dan kesehatan yang merupakan bidang kerja dari Komite III DPD RI.
Ia juga berbicara soal peringatan 11 tahun tsunami melanda Aceh serta kasus pemukulan Geuchik oleh polisi di Aceh Timur.
“Bek lee na akai lagee masa konflik. Hal-hal lagee nyan kajeut tinggalkan. Konflik sudah selesai. Tidak ada tindakan salah sasaran lagi,” ujar Haji Uma.
Berikut petikan wawancara langsung mediaaceh.co dengan Haji Uma:
Sebagai anggota Komite III DPD RI, bagaimana tanggapan anda soal pendidikan dan kesehatan di Aceh?
Persoalan pendidikan kesehatan di Aceh sangat komplek. Dalam sektor pendidikan banyal hal yang menjadi persoalan.
Persoalan apa saja?
Dari kebijakan anggaran 20 persen yang wajib dikeluarkan oleh daerah secara amanah UU. Namun anggaran itu sering tidak ada kejelasan dan tidak terpantau dengan baik. Sehingga masih ada pada hari ini kita saksikan sarana pendidikan yang masih memprihatinkan, reot serta ada bangunan sekolah yang mau tumbang malah.
Bagaimana mendukung kehandalan seorang siswa kalau tempat nya saja tidak nyaman. Ditambah lagi tenaga-tenaga pengajar yang punya kompetensi enggan mengajar di pelosok.
Hampir sama juga dengan pelayanan kesehatan di daerah kita. Masyarakat kita begitu banyak yang awam tentang pelayanan kesehatan, namun hal ini diperparah lagi dengan cuek para pihak pelaku pelayanan kesehatan itu sendiri.
Seperti petugas di rumah sakit, BPJS dan lain sebagainya. Ini tidak semestinya terjadi. Mari bahu membahu pikul tanggung jawab ini dengan tidak saling menyalahkan.
Masyarakat hari ini ingin menikmati kekompakan kita dalam pelayanan, baik dari perawat, petugas adminitrasi, hingga dokter ahli.
Namun yang terjadi saat ini justru di luar harapan. Dokter sering kali menerima banyak job sampingan dan meninggalkan tugas pokok di tempat kerja. Namun taka da sangsi. Karena kita memang kekurangan dokter. Ini menjadi persoalan serius.
Demikian juga dengan bidan-bidan desa yang sering juga malas bertugas di desa-desa terpencil. Mereka hanya kalang-kabut waktu ada sidak saja.
Menurut Anda apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki hal ini?
Untuk pendidikan, kita harus punya target. Berapa gedung sekolah yang masih belum maksimal menjadi prioritas. Minimal untuk lima tahun dinas terkait harus punya grand desain.
Ini harus dikawaL. Oleh karena itu, hendaknya kepala dinas harus yang benar-benar komitmen. sehingga tidak gonta-ganti. Karena implikasi dari sering gonta-ganti kepala dinas adalah kerjaan yang terbengkalai serta cita-cita yang diinginkan tidak tercapai.
Sedangkan terkait dengan kesehatan, pemerintah mesti menerapkan aturan yang jelas dan punya daya gedor dan paksa.
Bisa dijelaskan apa yang dimasukan dengan daya gendor dan paksa tadi?
Digendor dengan Pergub. Sementara bagi yang tidak konsisten akan diberikan sanksi. Itu lah yang dikatagorikan daya paksa.
Apa harapan Anda untuk pemimpin Aceh hari ini?
Jangan pernah memutus tali semangat juang dan bangun yang telah telah diraih oleh pendahulu kita. Komit untuk membangun Aceh bukan hanya menyulap mata masyarakat untuk terpilih kembali.
Tapi yang paling penting menghentikan airmata para janda anak yatim dan kaum duafa sehingga doa endatu menyertai kita. Hanya satu untuk dari rakyat untuk rakyat.
Soal 11 tahun tsunami apa komentar Anda?
Tsunami lembaran sejarah. Dimana tonggak baru Aceh dimulai. Tsunami merenggut banyak nyawa. Hasil yang kita raih hari ini juga karena tsunami. Mudah-mudahan kita diberikan jiwa-jiwa yang bersyukur dan tidak kufur nikmat.
Menjadi pribadi yang mau merenung dan mengingat sejarah. Supaya kita menjadi orang-orang yang punya integritas atau geutanyoe harus tatusoe droe teuh.
Discussion about this post