MEDIAACEH.CO, Jakarta – Banyak cara yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan berat badan yang ideal. Salah satunya dengan melakukan operasi penurunan berat badan. Namun cara ini ternyata dapat melemahkan tulang dan berakibat meningkatkan risiko patah tulang.
“Nutrisi yang biasanya hilang saat operasi penurunan berat badan adalah vitamin D dan kalsium. Hal ini terkait dengan pengembangan osteoporosis,” Kata dr Kuo-Chin Huang dari College of Medicine at National Taiwan University, Taiwan, dikutip dari Reuters, Minggu 27 Desember 2015.
Pada mereka yang melakukan operasi penurunan berat badan, tulang yang sering patah adalah bagian lengan dan kaki pasien. Jarang terjadi tulang patah di bagian pinggul atau tulang punggung.
Secara keseluruhan, mereka yang melakukan operasi penurunan berat badan akan memiliki risiko 21 persen lebih tinggi mengalami patah tulang dalam waktu lima tahun ke depan. Namun, risiko tambahan yang paling menonjol adalah malabsorpsi.
Risiko ini akan menyebabkan terhambatnya makanan untuk diserap, seperti pada operasi bypass lambung. Hal ini juga memberikan rasa kenyang dengan porsi kecil makanan. Efek malabsorpsi didapat dengan bagian bawah usus yang tidak lagi menerima, menyimpan, dan mencerna makanan, namun tetap fungsional dengan terus mengeluarkan cairan pencernaan.
Bagi mereka yang telah melakukan operasi penurunan barat badan, hal pertama yang harus dilakukan adalah mengonsumsi nutrisi seperti vitamin D dan suplmen kalsium.
“Kemudian, paparan sinar matahari dan olahraga juga dapat membantu mereka mengalami risiko osteoporosis. Terakhir, perlunya pelatihan keseimbangan untuk mencegah agar tidak terjatuh,” tutup Huang.
Maka dari itu, lebih baik untuk menurunkan berat badan secara alami. Sebuah penelitian menunjukkan jika menari juga mampu menurunkan berat badan karena lebih banyak membakar kalori ketimbang lari atau bersepeda.
“Selain itu, menari tidak hanya meningkatkan emosi positif dan mengurangi emosi negatif, tetapi juga mengurangi perasaan lelah dan membuat Anda bersemangat,” tutur Dr Nick Smeeton, dari University of Brighton.
Sumber: Detik
Discussion about this post