MEDIAACEH.CO, Banda Aceh – Air mata terus mengalir membasahi pipi, raut wajah begitu sedih tampak menyimpan luka sangat mendalam. Gulungan air itu telah mengambil nyawa keluarga mereka. Namun sedih itu kini hanya bisa tersimpan menjadi sejarah. Merekalah keluarga korban yang ditinggalkan.
Saat berziarah ke kuburan massal Ulee Lhee, Sabtu, 26 Desember 2015. Terlihat puluhan masyarakat di sana meneteskan air matanya. Mengingat gelombang hitam yang begitu dasyat telah membuat mereka kehilangan sahabat saudara bahkan keluarga.
Terlihat di sekitaran kuburan, masyarakat ada yang melangsungkan doa bersama keluarga, hingga menabur bungga. Adapun warga yang berdatangan kebanyakan adalah bersama keluarga. Baik dari wilayah kota Banda Aceh-Besar maupu luar daerah.
Intan salah seorang warga Lampaseh mengaku dirinya sangat sedih ketika mengingat kejadian 11 tahun silam. Gelombang tsunami telah mengambil ibu dan abangnya. Kini ia tinggal bersama seorang ayah.
“Intan ngak sanggup tahan, intan teringat ibu,” katanya sambil meneteskan air mata.
Kepada mediaaceh.co, Intan mengaku ini adalah hari bersejarah bagi masyarakat Aceh. Baginya ini adalah hari penting.
“Allah telah mengur kita 11 tahun lalu, jadikan ini sebagai pelajaran untuk kita bisa merefleksikan diri kembali,” ujarnya.
“Semoga ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semua untuk bisa lebih mendekatkan diri lagi kepada Allah,” ujar mahasiswa semester 7 Unsyiah ini.[]
Discussion about this post