SORE itu, udara sejuk menyambut, sang senja pun terlihat di ufuk barat. Lantunan ayat suci Al-Quran yang diputar pada loudspeaker Masjid kian menambah sore itu menjadi indah nan syahdu. Kicauan burung dari atas pohon cemara yang terletak di pekarangan Masjid semakin membuat suasana betah saat menikmati sore di desa Kajhu, kecamatan Baitussalam, Aceh Besar.
Gesekan daun-daun kering turut menjadi backsound saat memandangi segerombolan anak kecil yang berlari-lari sambil mengejar layang putus.
Semilir angin membuat suasana senja ini semakin nyaman. Suasana sore itu nampak terlihat sepi, amatan mediaaceh.co, hanya dua pria terlihat duduk di sebuah balai yang terletak tak jauh dari pekarangan masjid.
Inilah Masjid Al-Maghfirah Habib Chiek Kajhu yang beralamat di jalan Laksamana Malahayati KM.8 Gampong Kajhu, Kecamatan Baitussalam, Kabupaten Aceh Besar.
Masjid yang dibangun pada tahun 1985 ini merupakan saksi bisu sejarah maha dasyat bencana gempa dan gelombang tsunami yang memporak-porandakan Aceh pada 11 tahun lalu, tepatnya 26 Desember 2004.
Jika pengunjung atau peziarah religi berkesempatan mengunjungi Aceh dalam rangka memperingati 11 tahun tsunami, maka sempatkanlah Anda mengunjungi desa Kajhu. Pasalnya, di desa yang terletak sekitar 5 kilometer dari bibir pantai ini Anda akan menemukan saksi sejarah betapa dahsyatnya tsunami menerjang daerah ini.
Masjid Al-Maghfirah ini menjadi salah satu dari sedikit bangunan yang masih kokoh berdiri ketika musibah dahsyat itu terjadi. Saat tsunami ini terjadi, semua bangunan rata dengan tanah di perkampungan tempat masjid ini berada. Namun masjid ini masih tetap berdiri kokoh walaupun sebagian bagunannya rusak. Fenomena ini membuat banyak orang terhenyak melihat betapa besarnya kuasa Ilahi.
Salah satu pengurus masjid Al-Maghfirah, Fazlun mengatakan, belasan orang selamat saat berlindung di masjid ini saat musibah tsunami ini terjadi.
“Ada sekitar sepuluh orang lebih yang selamat ketika tsunami terjadi. Mereka berlindung disini umumnya berasal dari desa Mon Singet. Bahkan Tgk Lateh, imam masjid disini juga selamat, namun beliau juga sempat terombang-ambing digulung ombak , tapi dia tersangkut di masjid setelah ombak itu surut kembali,” kata Fazlun kepada mediaaceh.co, Jumat, 25 Desember 2015.
Fazlun merupakan warga asli Kajhu. Saat tsunami menerjang, ia telah kehilangan separah keluarganya yang umumnya berdiam di wilayah pesisir tersebut.
Hingga saat ini, masjid Al-Maghfirah ini juga telah menyita banyak perhatian wisata dari berbagai belahan dunia, khususnya bagi para wisata religi yang tertarik untuk mengunjungi masjid ini selain Masjid Raya Baiturrahmahman, Masjid Baiturrahim di Ulee Lheue dan Masjid Rahmatullah di Lampuuk.[] (zik)
Discussion about this post