MEDIAACEH.CO, Jakarta – Harga cabai cabai merah, cabai keriting hingga cabai rawit terus merangkak naik menjelang akhir 2015, bahkan diproyeksi masih naik dalam beberapa bulan ke depan di 2016.
Siklus harga cabai ini terjadi setiap tahun. Dalam sebulan terakhir saja, menurut data Kementerian Perdagangan (Kemendag), harga cabai merah besar rata-rata nasional naik 52%. Cabai rawit pun fluktuasinya tidak jauh berbeda.
Melihat fenomena tiap tahun ini, petani cabai yang tergabung dalam Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI), menaruh harapan besar kepada pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pertanian (Kementan) untuk mencari solusi. Siklus ini seharusnya bisa diputus dengan pendataan pertanaman hingga menghasilkan proyeksi produksi yang akurat oleh Kementan.
“Sebetulnya Kementan itu urusi saja data pertanaman cabai di sentra-sentra dan perkembangannya sampai panen. Data pertanaman itu sangat berguna untuk memproyeksi produksi hingga harga. Itu harus dibuat datanya,” Kata Sekretaris Jenderal AACI, Abdul Hamid, kepada detikFinance, Jumat 25 dESEMBER 2015.
Kementan, kata Hamid, bisa menggandeng asosiasi petani cabai untuk mengumpulkan data tersebut.
“Kementan kerja sama saja dengan asosiasi cabai. Asosiasi selama ini mencatat seberapa luas yang tanam cabai. Tapi memang belum lengkap, baru sentra-sentra di Pulau Jawa saja,” tambahnya.
Paling tidak, data penanaman bisa dijadikan bahan memproyeksi produksi hingga harga.
“Misalnya sentra di Jawa Timur tanam 2.000 hektar itu artinya nanti panen harga akan stabil. Kalau tanam di atas 2.000 hektar, kemungkinan harga akan turun. Sebaliknya, kalau tanam di bawah 2.000 hektar maka harga masih tinggi,” jelas Hamid.
Menurut Hamid, dengan mengumpulkan data dari 4 provinsi sentra penghasil cabai baik cabai merah besar, cabai keriting maupun cabai rawit, dinilai sudah bisa merepresentasikan kondisi pasokan nasional. Keempat provinsi sentra tersebut yaitu Nusa Tenggara Barat (NTB), Jawa Tengah, Jawa Barat dan Jawa Timur.
AACI, lanjut Hamid, dengan data tersebut selalu melakukan proyeksi menjelang musim panen.
“Kami asosiasi juga lakukan proyeksi. Hasilnya bisa tepat 85-90%. Data yang kita olah itu jadi acuan ke petani supaya tanam atau jangan tanam. Kalau semua tanam cabai bersamaan, kan nanti panen harga jatuh,” ujar Hamid.
Akurasi proyeksi bisa naik kalau semua petani cabai bisa tergabung dalam AACI. Sayangnya, saat ini baru 5-7% petani dari seluruh Indonesia yang tergabung dalam AACI.
“Baru 5-7% petani masuk asosiasi. Itu kebanyakan dari Jawa Timur, dan dari 19 Kabupaten termasuk sentra Banyuwangi, Jember, Blitar, dan Kediri,” pungkasnya. | Sumber: Detik
Discussion about this post