MEDIAACEH.CO, Banda Aceh – Aceh Institute Learning bekerjasama dengan Kemeterian Pemuda dan Olahraga RI menyelenggarakan Pelatihan Kesukarelawan Pemuda, 23-24 Desember 2015 di hotel Jeumpa, Lampineung, Banda Aceh.
Acara yang diikuti oleh 40 pemuda yang berasal dari lembaga mahasiswa, KNPI, PII, PMI, PMR, Ormas dan OKP ini dibuka secara resmi oleh Wakil Wali Kota Banda Aceh, H Zainal Arifin, Rabu 23 Desember 2015.
Ketua Aceh Institute Learning, Musriadi Aswad mengatakan, pelatihan tersebut dalam rangka pengembangan potensi pemuda dalam bidang penanganan bencana alam, bertujuan menumbuhkan kesadaran peserta tentang pentingnya sikap kesukarelawanan dalam menanggulangi bencana di tengah-tengah masyarakat.
“Para pemuda juga kita harapkan memiliki kemampuan dan keterampilan dalam menangani bencana yang terjadi dalam masyarakat. Membuka wawasan dalam pengelolaan penanggulangan bencana, mengolah sisi serta mendiskusikan kendala tentang kebencanaan,” katanya.
Wakil Wali Kota, Zainal Arifin, dalam sambutannya mengatakan masyarakat merupakan penerima dampak langsung dari bencana, dan sekaligus sebagai pelaku pertama dan langsung yang akan merespon bencana di sekitarnya. “Maka masyarakat perlu dibekali dalam konteks pemberdayaan agar siap menghadapi risiko bencana,” ujarnya.
Menurutnya, penanggulangan bencana dan pengurangan risiko bencana merupakan tanggung jawab semua pihak, karena bencana dapat mengenai siapa saja tanpa pandang bulu. Oleh karena itu, kerjasama antar pemerintah dan pihak-pihak non pemerintah merupakan suatu hal penting dalam upaya pengurangan risiko bencana.
“Pemerintah membuka peluang sebesar-besarnya bagi perguruan tinggi, LSM, organisasi masyarakat, sektor swasta, dan pihak-pihak lainnya untuk berpartisipasi aktif dalam pengurangan risiko bencana,” kata pria yang akrab disapa Keuchik Zainal ini.
Ia menjelaskan, pengurangan risiko bencana dimaknai sebagai sebuah proses pemberdayaan komunitas melalui pengalaman mengatasi dan menghadapi bencana yang berfokus pada kegiatan partisipatif untuk melakukan kajian, perencanaan, pengorganisasian kelompok swadaya masyaraka.
“Yang tak kalah penting, pelibatan dan aksi dari berbagai pemangku kepentingan dalam menanggulangi bencana sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana. Tujuannya agar komunitas mampu mengelola risiko, mengurangi, maupun memulihkan diri dari dampak bencana tanpa ketergantungan dari pihak luar,” ujarnya lagi.
Discussion about this post