PERAWAKANNYA besar. Garis wajahnya terlihat sangar. Namun ketika berbicara, tutur katanya justru terdengar sopan serta bersahaja. Ia adalah Marzuki AR atau lebih dikenal dengan sebutan Wien Rimba Raya.
Ditemui mediaaceh.co di salah satu rumah di Desa Doy, Kecamatan Ulee Kareng, Kota Banda Aceh, beberapa waktu lalu, Wien Rimba Raya sedang sibuk melayani telepon dari lawan bicaranya.
Ia bertutur dalam bahasa Gayo kental. Ya, Wien Rimba Raya merupakan pria kelahiran Takengon. Ia juga mantan Panglima GAM Linge.
Sosok ini cukup diperhitungkan di kalangan elit Partai Aceh dan KPA. Maklum, ia mampu menjalin serta membangun komunikasi yang baik dengan semua kalangan dan politisi Aceh.
Hal ini pula yang membuat Ketua Umum Partai Aceh, Muzakir Manaf, menunjuknya sebagai Koordinator Sekretariat Partai Koalisi Aceh Bermartabat (KAB).
Koalisi Aceh Bermartabat (KAB) merupakan gabungan koalisi partai politik di Aceh yang dipimpin Partai Aceh. Sedangkan anggotanya seperti Gerindra, PKS, PAN, Demokrat, Nasdem, Golkar, dan PPP.
“Kiban? Tapeugah haba dalam bahasa Aceh, bahasa Indonesia atau Gayo,” ujar Wien Rimba Raya kepada mediaaceh.co.
“Pakai bahasa Indonesia saja ya,” kata pria kelahiran 5 Februari 1970 ini.
Saat diminta menjelaskan kondisi politik Aceh hari ini, Wien Rimba Raya mengaku sepakat dengan langkah-langkah yang ditemui oleh Mualem saat ini.
“Mualem itu ikon politik Aceh hari ini. Langkahnya membangun KAB itu sudah benar. Ini karena memperbaiki Aceh ini perlu melibatkan semua pihak karena tantangan ke depan sangat banyak,” ujar pria yang sedang menempuh pendidikan magister di salah satu kampus ini.
Wien Rimba Raya mendambakan Aceh yang bersatu di masa yang akan datang.
“Ada banyak hal yang belum tuntas, terutama soal banyaknya kewenangan Aceh yang belum disahkan pusat. Ini yang harus kita pikirkan bersama. Ini bisa terwujud apabila kita bersama dan sebaliknya, jika tidak ya tetap seperti sekarang,” kata Wien Rimba Raya.
Sebagai putra Gayo yang mendapat kepercayaan besar di Partai Aceh, Wien Rimba Raya mengaku belum memikirkan karier politiknya jelang pelaksanaan pilkada 2017.
“Memang ada beberapa yang menelpon minta saya pulang, tapi itu nantilah. Saya hanya berharap Aceh ini lebih baik di masa depan,” ujar sosok bersahaja ini. [] (mal)
Discussion about this post