MEDIAACEH.CO, Sigli — Banjir besar yang menerjang Kabupaten Pidie, Aceh, Minggu, 29 November 2015, menunjukkan betapa lemahnya kemampuan pemerintah dalam memetakan bencana alam. Keberhasilan memetakan potensi bencana dapat menekan dampak yang ditimbulkan.
Dosen Magister Ilmu Kebencanaan Universitas Syiah Kuala, Dirhamsyah, saat dihubungi dari Sigli, Selasa, 1 November 2015, mengatakan, banjir yang menjadi bencana rutin di Aceh seharusnya bisa diminimalkan. Salah satu cara dengan mempertahankan daya dukung daerah aliran sungai.
“Sebenarnya sederhana saja, dalam Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2012 tentang Penetapan Wilayah Sungai dan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai sudah diatur dengan jelas,” kata Dirhamsyah.
Dua aturan itu, katanya, semestinya menjadi landasan pemerintah daerah dalam mengantisipasi banjir.
Banjir kerap terjadi di Pidie. Pada 2011, banjir besar melanda Kecamatan Tangse, Keumala, dan sekitarnya. Sebanyak 24 orang meninggal dan puluhan rumah hanyut. Pada 2012, banjir di kawasan itu menyebabkan 26 rumah hanyut dan ribuan hektar lahan porak poranda.
Dirham menilai, kemampuan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mengelola risiko bencana masih lemah. Saat banjir Minggu lalu, misalnya, BPBD tidak memberikan peringatan dini kepada warga. Akibatnya, warga tak sempat menghindar saat banjir melanda.
Bupati Pidie Sarjani Abdullah mengakui pihaknya tak menyangka banjir akan sebesar itu. “Selama beberapa tahun, tidak pernah banjir lagi,” kata Sarjani.
Kepala BPBD Pidie Afriadi mengatakan, banjir tidak bisa dicegah, yang bisa dilakukan mengurangi dampak bencana. “Kadang kita lalai dengan keadaan,” katanya. Banjir yang melanda 13 kecamatan sudah reda, tetapi warga tetap waspada terhadap kemungkinan banjir susulan.
Di Jawa Barat, warga di daerah rawan longsor di Kabupaten Garut khawatir setiap hujan. Air hujan yang masuk ke dalam rekahan tanah yang banyak muncul di musim kemarau akan mudah memicu longsor.
Opik, tokoh pemuda di Desa Sukawangi, Kecamatan Singajaya, mengatakan, sebaran rekahan ada di sejumlah tempat, mulai dari pematang sawang, tebing, hingga memotong aspal jalan raya. Beberapa rekahan sudah ditutup secara swadaya oleh warga.
“Hujan yang turun sepanjang hari, sore hingga pagi, membuat kami khawatir,” katanya, Selasa.
Singajaya adalah salah satu kecamatan di Garut yang memiliki ancaman longsor tinggi. Kontur daerahnya berbukit dengan dominasi perkebunan teh.
Sementara itu, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Malang Bagyo Setiono meminta warga mewaspadai hujan deras yang terkadang disertai angin kecang dan petir. Tiga hari terakhir, hujan deras disertai angin kencang menyebabkan 16 rumah di Kabupaten Malang, Jawa Timur, rusak.
Sumber: Kompas
Discussion about this post