MEDIAACEH.CO, Banda Aceh – Wali Nanggroe Aceh, Malik Mahmud Al-Haytar, mengatakan Aceh merupakan daerah yang kaya akan sejarah, budaya serta hasil alam. Peradaban Aceh bahkan diadopsi oleh Negara-negara tetangga.
“Walaupun demikian, saat ini peradaban Aceh sudah mulai terlupakan. Sejarah dan budaya yang begitu melekat sudah mulai terkikis,” kata Wali Nanggroe dalam sambutannya pada acara rapat Majelis Adat Aceh tahun 2015 di Hotel Grand Nanggroe, Kota Banda Aceh, Rabu 18 November 2015.
Menurutnya, adat istiadat merupakan tradisi yang dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Kebiasaan ini diwariskan secara turun temurun sehingga menjadi pedoman dari generasi ke generasi.
Lebih dari seribu tahun yang silam, kalau dihitung dari bertapaknya agama Islam di Aceh, kata Wali Nanggroe, adat menjadi pedoman dalam kehidupan masyarakat meskipun tak tertulis secara formal.
“Gadoh aneuk meupat jeurat, gadoh adat pat tamita,” kata wali nanggroe mengutip pribahasa dalam bahasa Aceh.
Adat budaya di Aceh, kata Wali, hidup dalam multicultural. Bila adat budaya ini dilupakan, maka generasi Aceh akan tenggelam dalam budaya-budaya luar.
“Dulu di Aceh dikenal dengan Meuripee, gotong royong dan peka terhadap kondisi sosial di sekelilingnya. Namun arus globalisasi dan masuknya budaya luar tak dapat di bendung, sehingga masyarakat terjebak dalam sikap individualis dan materialistic,” ujarnya.
Discussion about this post