MEDIAACEH.CO, Banda Aceh – Sekitar 20 mahasiswa menampilkan teatrikal perjuangan di depan Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh. Mereka mengajak semua pihak tak melupakan jasa pahlawan.
Aksi teatrikal mahasiswa FKIP Jurusan Sejarah Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh dalam rangka Hari Pahlawan, diawali dengan pembacaan puisi, Selasa, 10 November 2015.
Mereka menampilkan sosok-sosok pahlawan Aceh seperti Sultan Iskandar Muda, Laksamana Malahayati, Teuku Umar, Cut Nyak Dhien, Teungku Chik di Tiro.
Ceritanya dimulai dari agresi Portugis, Inggris hingga Belanda ke Selat Malaka dan Aceh. Sebelum agresi itu, Aceh digambarkan sebagai sebuah kerajaan yang damai dan makmur.
Bangsa Eropa yang ingin merebut Selat Malaka sebagai jalur perdagangan dunia kala itu, mendapat perlawanan sengit dari Kerajaan Aceh. Rakyat Aceh mati-matian berjuang mempertahankan kedaulatan dan agamanya.
Mahasiswa memerankan sultan turun ke medan laga, menghunus rencong, memimpin pertempuran hingga gugur diterjang peluru musuh dan terkapar di badan jalan.
Perjuangan kemudian dilanjutkan Laksamana Malahayati. Perempuan perkasa itu berada digaris depan memimpin perang. Kemudian dor.. ia roboh diterjang peluru.
Satu-satu pejuang Aceh diperankan gugur di medan perang melawan musuh, namun itu tak menyurutkan semangat mereka untuk mengusir penjajah dari bumi Aceh. Hingga akhirnya kemerdekaan diraih.
Mereka kemudian menyanyikan lagu “Gugur Bunga” untuk mengenang jasa-jasa pahlawan. Teatrikal tak berhenti di sini.
Selepas adegan perang, mereka menampilkan perjuangan rakyat yang sangat sulit mendapatkan kesejahteraan meski sudah merdeka.
Guru, petani, nelayan dan jelata diikat oleh penguasa dan berjalan tertatih-tatih. Pemerintah diperankan begitu sombong dengan kekuasaannya dan tertawa terbahak-bahak melihat rakyat dalam belenggu kesusahan.
Mereka menggambarkan penindasan masa kini yang dilakukan penguasa. Mereka mengutip pernyataan proklamator kemerdekaan Soekarno bahwa “perjuangan orang dulu lebih mudah karena melawan penjajah, sedang perjuangan sekarang lebih sulit karena melawan bangsanya sendiri.”
Kordinator aksi, M. Saifullah mengatakan, aksi mereka lakukan tersebut untuk mengingatkan pemerintah agar belajar dari perjuangan pahlawan masa lalu.
“Perjuangan sekarang itu untuk kemajuan dengan cara belajar dari pengalaman masa lalu,” ujarnya.
Menurutnya perjuangan untuk mendapatkan kemajuan tak harus lewat penindasan seperti yang kerap dialami rakyat kecil sekarang seperti petani, nelayan, guru dan lainnya.
Saifullah mengatakan petani, guru, nelayan merupakan pahlawan bangsa sekarang, yang seharusnya dilindungi dan dijadikan patner pemerintah demi kemajuan bangsa. “Bukan seharusnya mereka ditindas,” pungkasnya.
Sumber : Okezone
Discussion about this post