MEDIAACEH.CO, Banda Aceh – Kepala Balai Jasa Konstruksi Wilayah I Banda Aceh, Yusuf Rachman, menyebutkan ribuan tenaga kerja bidang konstruksi di Aceh masih belum memiliki sertifikat Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
“Dari sekitar 4.000 tenaga kerja kontruksi di Aceh, hanya 1.200 yang baru memiliki sertifikat K3. Jumlah ini tergolong sedikit, karena jumalah tenaga kerja di Aceh yang cukup banyak,” kata Yusuf Rachman di sela-sela kegiatan bimbingan teknis sistem manajemen keselamatan kontruksi (SMK2), bagi peserta tenaga kerja PT. Harum Jaya, Senin 29 Juli 2019.
Yusuf mengatakan, pada tahun 2019n pihaknya bersama Cipta Karya akan terus melanjutkan percepatan program sertifikasi bagi tenaga kerja konstruksi di Aceh.
“Kita targetkan ada sekitar 3.000 tenaga kerja yang akan tersertifikasi. Mudah-mudahan Oktober nanti bisa rampung semuanya,” ujarnya.
Banyaknya pekerja konstruksi yang belum memiliki sertifikat ahli K3, menurut Yusuf, dikarenakan masih rendahnya minat dari para tenaga konstruksi baik dari perusahaan pemerintah maupun perusahaan swasta untuk mengikuti bimtek dan mendapatkan sertifikat kompetensi.
“Padahal, sertifikasi K3 ini sangat penting bagi perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi,” pungkasnya.
Yusuf mengingatkan agar perusahaan dan pekerja konstruksi wajib memiliki sertifikat K3. Pihaknya akan siap memfasilitasi agar tenaga kerja itu bisa professional dalam bekerja.
Baca juga: PT Harum Jaya dan Balai Jasa Konstruksi Gelar Bimtek SMK2
“Sejauh ini, baru PT Harum Jaya yang merupakan perusahaan swasta yang memiliki kesadaran untuk mengikuti bimtek dan sertifikasi K3 bagi para pekerjanya,” katanya.
Sementara itu, Direktur PT Harum Jaya, Mansur Syakban, mengatakan seluruh pekerja konstruksi nantinya wajib mengantongi sertifikasi keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Syarat itu wajib dipatuhi semua penyedia jasa maupun pekerja itu sendiri yang akan dan melakukan aktivitasnya.
“Program sertifikasi tidak hanya meningkatkan kompetensi, tapi juga Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) konstruksi. Jika sumber daya manusia di bidang kontruksi meningkat, maka kapasitas jasa kontruksi di Aceh juga akan berkualitas,” kata Mansur.
Mansur menyebutkan, selama ini SDM di bidang kontruksi masih sangat terbatas. Hal ini berdampak pada lemahnya percepatan proses pembangunan di Aceh yang berkualitas.
“Karena kualitas tidak hanya diukur pada fisik bangunan, akan tetapi tertuju pada proses dan hasil yang berkualitas,” katanya.
Menurutnya, sistem manajemen keselamatan konstruksi memiliki peranan yang sangat penting, dalam menentukan proses dan hasil bangunan yang dapat dinikmati manfaatnya oleh masyarakat Aceh.
“Kita harapkan melalui kegiatan bimbingan teknis SMK2 ini, dapat mengurangi tingkat kecelakaan dalam kegiatan konstruksi ke depan,” terangnya.[]
Discussion about this post