MEDIAACEH.CO, Aceh Utara – Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara menggelar kegiatan pertemuan aksi dengan jajaran lintas sektor, untuk mencegah meningkatnya jumlah anak yang mengalami stunting atau tumbuh kerdil di daerah tersebut.
Kegiatan yang berlangsung di aula Hotel Diana, Lhokseumawe, Selasa, 30 April 2019, dibuka oleh Asisten II Sekdakab Aceh Utara Ir. Saifullah, M.T. Dua narasumber yang hadir berasal dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, yaitu ahli tumbuh kembang dan nutrisi anak, Dr. Tb Rachmat Sentika, SPAk, MARS (dokter anak subspesialis tumbuh kembang) dan Dr. Ali K Alhaidar, SPAK (dokter anak subspesialis nutrisi dan penyakit metabolik).
Sementara peserta yang hadir terdiri dari para Kepala SKPK terkait, Ketua TP-PKK Aceh Utara Hj. Cut Ratna Irawati, SE, para camat, kepala Puskesmas, dokter Puskesmas, dokter spesialis anak, tenaga pelaksana gizi puskesmas, bidan pembina Posyandu, dan para kader Posyandu.
Bupati Aceh Utara yang diwakili oleh Asisten II Sekdakab Ir. Saifullah, MT, dalam sambutannya mengatakan, kegiatan aksi cegah stunting di Aceh Utara lintas sektor ini sangat penting, guna mempersiapkan generasi terbaik menyongsong bonus demografi pada tahun 2025 hingga 2036.
“Angka stunting harus kita tekan agar anak-anak kita menjadi generasi unggul dan mampu bersaing dengan bangsa manapun di masa mendatang,” kata Saifullah.
Oleh sebab itu, lanjut Saifullah, semua pihak diharapkan turut berperan dalam upaya pencegahan dan penanganan stunting di Aceh Utara. Pihaknya mengingatkan, gerakan cegah stunting merupakan kewajiban semua pihak untuk membebaskan Aceh dari stunting pada tahun 2022.
Saat ini, kata Saifullah, Provinsi Aceh berada pada posisi ketiga tertinggi prevalensi anak penderita stunting (tumbuh kerdil), yaitu di angka 37,9 persen. Sedangkan Kabupaten Aceh Utara berada pada posisi kedua tertinggi, dengan jumlah 4.950 atau 9,23 persen anak penderita stunting.
“Stunting bukan hanya persoalan kekurangan gizi kronis, akan tetapi hal ini juga berhubungan dengan reproduksi kemiskinan yang terus terpelihara menciptakan problem neurologis, kemampuan intelektual yang rendah dan keterampilan yang minim, sehingga berkontribusi pada mata rantai kemiskinan,” ucapnya.
Sebelumnya, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Aceh Utara, Khalmidawati, S.Pd, M.Kes, mengatakan kasus stunting terus menunjukkan indikasi peningkatan akhir-akhir ini. Tersebab itu, diperlukan upaya pencegahan yang terpadu dan komprehensif yang melibatkan semua leading sektor di Aceh Utara.
Menurut Khalmidawati, upaya nyata pencegahan stunting harus dimulai sejak 1.000 hari pertama kehidupan, yakni dihitung sejak bayi masih dalam kandungan. “Perbaikan gizi harus sejak dalam rahim sampai dengan 1.000 hari pertama kehidupan bayi atau balita,” kata Khalmidawati.
Kegiatan pertemuan aksi cegah stunting tingkat Kabupaten Aceh Utara digelar untuk memberikan pemahaman dan penyamaan persepsi untuk gerak aksi pencegahan kasus stunting. Untuk tahap awal, kata Khalmidawati, di Kabupaten Aceh Utara akan difokus di empat kecamatan, di antaranya Kecamatan Nisam, Lhoksukon dan Kuta Makmur.
Discussion about this post