Surabaya – Isu penculikan anak menimbulkan keresahan di tengah masyarakat. Isu tersebut juga mengakibatkan banyak orang yang tidak bersalah menjadi korban salah tangkap dan amuk massa.
“Masyarakat jangan terprovokasi. Seperti yang disampaikan kapolda, akibat dari isu ini, terlalu over protektif melindungi keluarganya. Memang kita perlu protektif terhadap keluarga, tetapi jangan terlalu berlebihan. Oleh karena itu, masyarakat jangan percaya isu itu,” kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kombes Pol Frans Barung Mangera kepada detikcom, Jumat (24/3/2017).
Dari informasi yang dihimpun detikcom, banyak kejadian yang menimbulkan korban luka pada orang yang dianggap pelaku penculikan. Seperti kasus orang gila yang dihajar massa hingga berdarah, karena dikira pelaku penculikan di Sampang, Madura, Senin 21 Maret 2017.
Lalu di Bangkalan, seorang penjual tutup meteran listrik, M Turi (45) warga Jrengik Kabupaten Sampang, diamankan warga Kokop, karena diteriaki pelaku penculikan anak, pada Selasa 21 Maret 2017.
Kemudian pada 11 Januari 2017, Polsek Blega Kabupaten Bangkalan mengamankan seorang perempuan asal Jrengik, Sampang. Perempuan tersebut dikira penculik anak, hingga diamankan warga. Petugas Unit Reskrim Polsek Blega membawa perempuan tersebut ke Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya, dan hasil observasi selama dua minggu, dinyatakan positif gila.
Kemudian pada 18 Maret 2017, seorang perempuan asal Sumberejo Kota Batu diamankan, karena karena dianggap sebagai pelaku penculikan anak dan dibawa petugas Polres Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.
Setelah dimintai keterangan, perempuan itu pernah mengidap sakit ayan dan sudah sembuh. Kemudian pada 19 Maret 2017, dia dijemput keluarganya dan dibawa pulang ke Batu.
Sedangkan di Surabaya, seorang perempuan dituduh akan melakukan penculikan di SDN Mojo I, Kamis (24/3) kemarin. Namun dugaan penculikan tersebut tidak terbukti. Wanita tersebut ternyata seorang gelandangan.
“Kami mengimbau kepada masyarakat, jangan melakukan tindakan sendiri. Jangan percaya isu itu. Akibatnya, ini yang diinginkan oleh penebar isu, supaya ada ketidakstabilan sosial dalam masyarakat. Masyarakat menjadi takut, resah terhadap apa yang terjadi di wilayahnya. Sehingga setiap orang datang selalu dicurigai. Akhirnya masyarakat melakukan tindakan-tindakan seperti di Sampang,” ujarnya.
Barung meminta masyarakat, jika menemukan hal-hal yang mencurigakan, untuk segera lapor ke aparat kepolisian seperti Babhinkamtibmas, tokoh agama, tokoh masyarakat setempat.
“Kalau ada yang mencurigakan, ditanyakan dulu ke Babhinkamtibmas, aparat desa atau kelurahan, tokoh agama, tokoh masyarakat. Jangan main hakim sendiri. Itu yang kita sesalkan, mengapa main hakim sendiri, tidak dilakukan kontrol dan pengecekan terlebih dahulu,” tuturnya. | sumber: detik.com
Discussion about this post