MEDIAACEH.CO, Jakarta – Hari ini merupakan hari kesembilan masa tanggap darurat pasca gempa 6,5 SR di Aceh, Rabu 7 Desember 2016 lalu. Hingga hari ini tercatat ada 103 orang korban meninggal dunia. Sebanyak 7 orang di antaranya belum teridentifikasi.
Informasi tersebut disampaikan Kepala Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Indonesia Sutopo Purwo Nugroho. Korban meningggal gempa bumi ini masing-masing 96 orang di Pidie Jaya, 2 orang di Pidie dan 5 orang di Bireuen.
"7 korban (meninggal) belum dapat diidentifikasi karena korban bukan warga lokal yang berkunjung ke Pidie Jaya saat kejadian gempa dan tertimbun bangunan roboh. Dari 103 korban meninggal dunia, 96 ahli waris telah menerima santunan dukacita dari pemerintah sebesar Rp 15 juta per korban. Sedangkan untuk 7 korban meninggal yang saat ini masih dilakukan identifikasi akan diberikan santunan oleh Kementerian Sosial," kata Sutopo.
Sutopo menjelaskan, korban luka terdata ada 700 orang. Masing-masing 168 oran luka berat dan 532 orang luka ringan. Seluruhnya menurut Sutopo sudah mendapat santunan dari pemerintah dan biaya pengobatannya digratiskan alias ditanggung pemerintah.
"40 pasien masih dirawat di selasar atau di luar RSUD Pidie Jaya karena bangunan RS rusak. Pasien juga merasa nyaman di luar karena takut adanya gempa susulan. Tenaga medis, obat-obatan dan sarana medis mencukupi untuk merawat korban," ujarnya.
Dilanjutkan Sutopo, pendataan rumah terus dilakukan secara cepat. Data sementara rumah rusak yang dilaporkan ke Posko Utama di Pidie Jaya terus bertambah. Data rumah rusak sementara adalah 16.238 unit yaitu 2.536 rusak berat, 2.473 rusak sedang dan 11.329 rusak ringan. Penetapan rumah rusak yang telah diverifikasi ditetapkan oleh Bupati.
"Untuk mempercepat penyaluran bantuan stimulan perbaikan rumah kepada masyarakat yang rusak maka data rumah tidak usah menunggu semuanya selesai. Tapi per hari di SK-kan Bupati kemudian BNPB menyalurkan bantuan Rp 40 juta per rumah rusak berat dan Rp 20 juta per rumah rusak sedang-ringan. Ini adalah mekanisme yang baru dibandingkan dengan periode sebelumnya dalam penanganan bencana. Sebelumnya menunggu semua verifikasi selesai baru di SK-kan dan disalurkan bantuan. Tapi saat ini sesuai arahan Presiden dilakukan bertahap sesuai hasil verifikasi harian. Cara ini akan lebih cepat. Sebab berdasarkan pengalaman sebelumnya mekanisme penetapan rumah rusak selalu memerlukan waktu lama karena jumlah rumah terus membengkak," papar Sutopo.
Sementara itu, menurut Sutopo jumlah pengungsi saat ini menjadi 85.161 orang. Masing-masing di Pidie Jaya 82.122 orang, Pidie 1.295 orang dan Bireuen 1.324 orang.
"Semua pengungsi di Bireuen menumpang pada kerabatnya. Sebagian besar pengungsi membangun tenda atau barak di sekitar lingkungan rumahnya. Meskipun rumahnya roboh atau rusak berat, umumnya pengungsi nyaman tinggal di tenda dekat rumahnya sambil mengawasi harta miliknya daripada ditempatkan di pengungsian," ucapnya.
Sutopo menyebut, secara umum penyaluran bantuan dan logistik mencukupi karena bantuan terus berdatangan. Penanganan berjalan dengan baik karena pemerintah, pemda, NGO, relawan dan masyarakat sangat nyata membantu korban bencana gempa di Aceh.
Ditambahkan Sutopo, masa tanggap darurat tetap berlaku selama 14 hari sejak kejadian gempa yaitu 7-20 Desember 2016. Evaluasi penanganan terus dilakukan setiap hari dari masing-masing klaster nasional seperti klaster pengananan pengungsi, kesehatan, logistik dan lainnya.
Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menurut Sutopo juga terus memantau perkembangan penanganan tanggap darurat. Menurut dia rencana Jokowi akan berkunjung kembali ke Pidie Jaya pada Kamis 15 Desember 2016 ini mengunjungi beberapa lokasi untuk bertemu langsung dengan rakyatnya.[]
Discussion about this post