MEDIAACEH.CO, Budaya memilah sampah dan membuangnya pada tempat sampah yang sesuai dengan jenis sampah tersebut cenderung belum dimiliki semua orang.
Untuk itu, Sekolah Alam Kampung Sawah Depok menerapkan sejumlah cara untuk membudayakan hal tersebut.
Sekolah yang berlokasi di kawasan Perumahan Bukit Pertanian, Tirtajaya, Depok, Jawa Barat, itu memiliki program bank sampah. Perkumpulan orangtua siswa di sana yang mengelolanya.
Penanggung jawab bank sampah Sekolah Alam Kampung Sawah, Yudith Adisti, mengatakan bahwa program bank sampah sudah berjalan sekitar lima bulan.
"Visinya sebenarnya agar anak-anak tumbuh ke depannya jadi orang-orang dewasa yang menghargai alam dan bisa mencintai alamnya sendiri, menjaga lingkungan," ujar Yudith di Sekolah Alam Kampung Sawah, Minggu (11/12/2016).
(Baca juga: Sekolah Alam Kampung Sawah, Sekolah yang Tak Ingin Jadikan Anak "Ensiklopedia Berjalan")
Setiap pekan, diadakan "operasi semut" di sekolah tersebut. Anak-anak diajarkan untuk memilah sampah organik dan sampah anorganik.
Guru-guru di Sekolah Alam Kampung Sawah juga memberikan edukasi mengenai pemilahan sampah.
"Jadi lama-lama mereka tahu sendiri tuh, ini sampah organik, sampah anorganik," kata dia.
Setiap Selasa dan Rabu, anak-anak membawa sampah dari rumah mereka ke sekolah untuk dikumpulkan di bank sampah.
Sampah-sampah itu kemudian dikumpulkan dan dijual kembali. Uangnya dimasukkan ke dalam kas perkumpulan orangtua murid untuk digunakan apabila ada keperluan siswa-siswi di sana.
Selain itu, sampah-sampah tersebut juga "disulap" menjadi berbagai bentuk kreasi.
"Atau bisa cukup kreatif, bisa dijadikan pot bunga atau tempat pensil anak atau segala macam, bisa dimanfaatkan kembali sehingga bumi kita enggak penuh sama sampah," ujar dia.
(Baca juga: Sekolah Alam Bekasi: Melintas Batas, Merayakan Kehidupan)
Program lain yang terkait dengan bank sampah adalah melarang siswa-siswi membawa makanan dari luar yang masih dibungkus kemasan.
Makanan tersebut harus dipindahkan ke tempat makan terlebih dahulu. Jika tidak, orangtua murid tersebut akan ditegur.
Ke depan, program yang akan dikembangkan adalah tidak menggunakan plastik saat ada kegiatan apa pun di sekolah.
Orangtua dan siswa diharapkan membawa tempat makan dan botol minum sendiri.
Dibiasakan dari rumah
Pengelola bank sampah juga mengimbau semua orangtua murid membiasakan mengajak anak-anak mereka memilah sampah di rumah masing-masing.
Caranya adalah dengan menyediakan tempat sampah khusus organik dan anorganik.
"Jadi kita pun membentuk budaya di rumah untuk memilah sampah sendiri, anak-anak pun jadi sangat menghargai lingkungan. Jadi anak-anak pun secara tidak langsung belajar," kata Yudith.
(Baca juga: Bank Sampah Berbasis Sekolah, Secercah Harapan Kurangi Sampah Plastik)
Sampah organik sisa makanan, lanjut dia, bisa digunakan sebagai pupuk. Yudith mencontohkan apa yang sudah dikerjakannya di rumah.
Pupuk dari sampah organik itu membuat tanaman bayam dan kangkung di rumahnya subur.
"Dari sisa-sisa makanan itu jadi sangat berguna. Jadi apa yang alam berikan, kita berikan lagi untuk alam," sebutnya.[]
Sumber: kompas.com
Discussion about this post